Haiiii *impersonate cara Takeru Satoh mengucapkan hai (iya dalam bahasa Jepang) di dorama Emperor's Cook :P
Yak, sesuai judul post kali ini, saya sudah tidak sefanatik dulu terhadap bahasa pemrograman yang saya gunakan, yakni Java. Semua berawal ketika saya mengenal JVM language lain (bahasa pemrograman yang berjalan di Java Virtual Machine) seperti :
Yap, baik pada Groovy, Scala, maupun Kotlin semicolon adalah optional.
No more compile error caused by missing semicolon :P
FYI pada functional programming sangat dianjurkan agar variable di buat immutable
(sekali diinisialiasi tidak bisa diassign dengan value lain), karena lebih aman di sisi concurrency.
Contoh lain adalah lambda expression seperti yang bisa dilakukan dengan Java 8.
Lihat post saya sebelumnya tentang retrolambda.
Saya lebih suka menggunakan Kotlin untuk mendevelop aplikasi berbasis Android.
Tapi tidak menutup kemungkinan saya akan menggunakan Kotlin di aplikasi lain.
Yak, sesuai judul post kali ini, saya sudah tidak sefanatik dulu terhadap bahasa pemrograman yang saya gunakan, yakni Java. Semua berawal ketika saya mengenal JVM language lain (bahasa pemrograman yang berjalan di Java Virtual Machine) seperti :
- Groovy yang mengusung Dynamic Typing
Bagi programmer dynamic type seperti PHP mungkin akan merasa familiar dengan Groovy, karena kita tidak perlu mendeklarasikan tipe data pada variable. Saya sempat jatuh cinta pada bahasa ini, namun saya masih merasakan keamanan "bermain" OOP dengan static type. - Scala dengan konsep Functional OOP (Object Oriented Programming)
Bahasa ini membuka wawasan saya bahwa diluar pemrograman struktural dan berbasis object (imperative), pernah ada bahasa yang mengusung konsep functional dan belakangan ini mulai muncul lagi ke permukaan dan bahkan banyak menyedot perhatian para developer.
Functional programming memakai konsep persamaan fungsi dalam matematika x = f(y).
Jika pada paradigma imperative (OOP) jika menulis bagaimana cara melakukan sesuatu, pada paradigma functional kita menulis apa yang harus dilakukan (deklaratif)
Sebagai contoh untuk memfilter sebuah arraylist dari Person yang usianya <= 30 tahun
ImperativeList<Person> personList = ... List<Person> tigaPuluhanPersonList = new ArrayList<>(); for(Person person : personList){ if (person.age <= 30) { tigaPuluhanPersonList.add(person); } }
FunctionalList<Person> personList = ... List<Person> tigaPuluhanPersonList = personList.filter(person -> person.age <= 30);
Scala menggabungkan kedua konsep ini, yakni OOP dengan static type dan functional sehingga kita bisa memanfaatkan kekuatan OOP dan kemudahan Functional, awesome.
Hanya saja Scala dibangun oleh kalangan akademisi yakni Martin Odersky dari EFPL Swiss,
beberapa konsepnya dan syntaxnya agak susah dipahami oleh kalangan non akademisi seperti saya.
Selain itu, integrasi dengan existing library yang ditulis dengan bahasa Java agak merepotkan.
- Ceylon yang dibangun oleh Gavin King, sang developer Hibernate ORM yang terkenal itu
Saya tidak akan membahasnya karena gaung dari bahasa ini tidak seperti Scala maupun 2 bahasa berikut. - Clojure yang membawa Lisp ke ranah JVM
Yap Clojure adalah bahasa pemrograman yang memakai dialek dari bahasa Lisp.
Sepengetahuan saya, Clojure cukup populer di kalangan developer yang butuh mengolah data secara significant. - Dan yang paling baru adalah Kotlin yang secara konsep mirip Scala
Meskipun sama-sama mengusung konsep Functional OOP, Kotlin dirancang dan diclaim oleh Jetbrains (Perusahaan di balik IDE populer Intellij IDEA) sebagai bahasa yang industrial ready (mendukung dengan baik exisisting library yang ditulis dengan bahasa Java).
I'm fall in love with this language at first code ^ ^)
Secara syntax masih relatif dekat dengan Java (as programming language), namun jauh mengurangi boilerplate code jika kita menggunakan bahasa Java.
sebagai contoh adalah type inference (compiler secara otomatis menentukan tipe data dari variable yang dideklarasikan)
jika kita biasa mendeklarasikan variable dengan caraString nama = "Eko Suhariyadi";
menjadival nama = "Eko Suhariyadi"
Yap, baik pada Groovy, Scala, maupun Kotlin semicolon adalah optional.
No more compile error caused by missing semicolon :P
FYI pada functional programming sangat dianjurkan agar variable di buat immutable
(sekali diinisialiasi tidak bisa diassign dengan value lain), karena lebih aman di sisi concurrency.
Contoh lain adalah lambda expression seperti yang bisa dilakukan dengan Java 8.
Lihat post saya sebelumnya tentang retrolambda.
Saya lebih suka menggunakan Kotlin untuk mendevelop aplikasi berbasis Android.
Tapi tidak menutup kemungkinan saya akan menggunakan Kotlin di aplikasi lain.
Sedangkan bahasa di luar JVM yang saya pakai adalah PHP (yang dulu saya benci) dan Python.
Perkembangan teknologi yang cepat menuntut kita untuk belajar bahasa baru, sesuai dengan kebutuhan "pasar".
Semangat belajar Sob :)
Perkembangan teknologi yang cepat menuntut kita untuk belajar bahasa baru, sesuai dengan kebutuhan "pasar".
Semangat belajar Sob :)
Swift asyik juga loh
ReplyDeleteNunggu dukungan simulator iOS untuk Ubuntu Mas :D
Delete